Ini bukan kritikan. Saya suka film ini, juga penggemar 5cm dari saat pertama kali novel terbit. Hanya sedikit ingin sharing tentang pendakian di Mahameru. Yang menurut saya di film ini sedikit janggal. Ya, ini memang cuma film, saya tahu itu :)
SIAPA yang berani menyangkal keindahan alam Mahameru?
Film 5 cm – yang mengekspos keindahan gunung Semeru – secara tidak langsung pasti akan membuat darah beberapa orang bergejolak untuk mencicipi tanah tertinggi di pulau jawa tersebut.
Namun, tidak semua orang paham bahwa mendaki gunung ‘sungguhan’ seperti semeru itu relatif sulit dan tidaklah semudah ‘wisata alam’ seperti gunung bromo yang hanya perlu menaiki jeep dan tangga untuk sampai ke puncaknya.
Bahkan, menyebutnya sebagai sebuah tempat ‘wisata’ pun kita perlu berpikir panjang. Tidak, tidak. Saya tidak akan mengkritisi film ini, bahkan saya menyukainya karena 5cm adalah salah satu novel favorit saya. Here’s the point you should consider before reaching Semeru.
1. Menggunakan celana jeans
Jeans, jika terkena air, akan menjadi sangat berat. Keringnya pun memakan waktu lama. Belum lagi saat di packing akan tidak efisien karena terlalu besar.
Mendaki gunung-gunung Indonesia yang notabene adalah hutan hujan tropis, tentu akan selalu bertemu dengan cuaca lembab dan hujan. Pakaian yang basah dan tidak lekas kering bisa mempersulit pergerakan, menyebabkan kedinginan hingga hipotermia, dan akan menambah berat beban yang dibawa pendaki.
Sebaiknya, gunakan celana yang terbuat dari bahan seperti polyster. Selain ringan, bahan tersebut juga cepat kering jika basah. Lebih baik lagi gunakan bahan yang bisa tahan air tetapi tetap breathable, walaupun mungkin dengan harga yang cukup mahal.
Menurut saya, film 5cm ingin tetap terlihat ‘fashionable’ sehingga penggunaan jeans lebih diminati. Ah, tetapi film-film adventure super keren seperti vertical limit atau 127 hours tetap menggunakan peralatan lengkap dan standar kok. Eh tapi katanya ini film tentang persahabatan ya? Sinetron kah?
2. Tidak membawa air yang cukup
Ini adegan yang cukup aneh. Gila lebih tepatnya. Saat tiba di kalimati, mereka malah meminta air kepada pendaki lain. Satu setengah liter air untuk berenam, dan mereka langsung naik ke Arcopodo!
Padahal, sumber mata air terakhir ya di kalimati itu. Saya sendiri waktu naik ke puncak membawa dua liter air untuk masing-masing orang.
Oh, porter-nya lupa di shoot mungkin, hehe.
3. Backpack/carrier yang terlihat sangat ringan
Saya nyengir-nyengir saat adegan di stasiun senen ini. mereka masing-masing muncul dengan backpack-nya yang terlihat kempes. Tas nya genta masih terlihat gulungan matras-nya yang melompong.
Dan, yang membuat saya tertawa adalah adegan Ian berlari mengejar kereta dengan membawa carrier besar dan satu kerdus indomie! Hebat banget tenaganya bro!
4. Terlalu memaksakan diri untuk pendaki pemula
Genta adalah seorang leader pendakian yang sangat ceroboh dan mengambil resiko terlalu besar.
Dengan membawa teman-temannya yang baru pertama kali naik gunung, ia langsung mengambil jalan menjuju kalimati, tanpa istirahat terlebih dahulu di Ranu Kumbolo.
Memang, dari ranupane (basecamp awal) ke ranu kumbolo hanya 4 jam, pun demikian dari ranukumbolo ke kalimati. Tapi, malam harinya mereka kan menempuh perjalnan ke puncak. Sekuat apapun, melakukan perjalanan dengan jalan kaki lebih dari enam jam menanjak dalam satu hari adalah penyiksaan, setidaknya menurut saya.
5. Informasi yang kurang tepat
“Kalo hujan abu begini apa kita boleh ke puncak, pak?” tanya riani ke salah satu pendaki di kalimati.
“Oh, boleh-boleh saja. Ini normal. Tapi jam 9 harus kembali ya,” ujar pendaki tersebut.
Kabarnya, setelah siang datang, awan beracun wedhus gembel akan mengarah ke area puncak mahameru mengikuti arah angin. Ini tidak sepenuhnya salah. Tapi, setelah perbincangan saya dengan pak Sinambela petugas taman nasional, angin bisa berubah kapan saja tanpa mengenal waktu. Saya sendiri mengalaminya di tengah perjalanan ketika naik ke puncak saat jam tiga pagi. Bau belerang tercium keras dan awan dari kawah terlihat hampir di atas kami. Setelah menunggu satu jam, arah angin baru berubah kembali.
Satu hal lagi, puncak Mahameru sebetulnya ditutup untuk pendakian. Tertulis jelas di peraturan TN semeru pendakian hanya dibolehkan sampai kalimati. Lebih dari itu, pihak taman nasional tidak bertanggung jawab. Kita bahkan diminta untuk menandatangani surat perjanjian di atas materai bahwa akan selalu menaati peraturan tersebut. Pada musim ramai, memang ada ranger yang menjaga pendaki agar tidak ke puncak. Selain itu, cuma kesadaran dan disiplin kita yang menentukan.
6. [Tambahan dari komentar] Berenang di Ranu Kumbolo
Jelas-jelas tertulis di peraturan pendakian, dan juga papan larangan disana. DILARANG BERENANG DI RANU KUMBOLO.
Pernah ada kejadian orang yang tenggelam di Ranu kumbolo ini. Pokoknya, keselematan itu yang utama. Tidak usah merasa sok-sok jagoan kalau digunung, atau dimanapun.
**
Banyak pro dan kontra yang timbul setelah munculnya film 5cm ini. Tidak mungkin juga membendung keinginan orang-orang yang akan naik ke semeru. Juga tidak mungkin melarang mereka naik, gunung ini milik kita bersama kok.
Menurut saya, pemeriksaan standar keamanan pendakian di taman nasional harus diperketat untuk mencegah para “pendaki 5cm” ini mendaki jika standard peralatan mereka belum memadai. Walaupun ini sulit sekali dalam prakteknya.
Nah, tugas kita lah sebagai orang yang lebih paham. Para pendaki, mapala, klub-klub pendaki, atau siapapun untuk memberi arahan tentang pendakian yang baik dan benar. Entah itu menulis di social media, membuat pelatihan, atau sekedar sharing di warung kopi. Apapun itu, yang penting bagikanlah ilmu-ilmu mendaki yang benar sehingga semeru atau gunung-gunung lainnya akan lebih terjaga.
Selalu ingat-ingat dan praktekan tiga spirit pecinta alam ini :
- Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak
- Jangan ambil apapun kecuali gambar/foto
- Jangan membunuh apapun kecuali waktu
0 komentar:
Posting Komentar